Jumat, 27 Februari 2009

Nikah Siri


Sahabatku sekalian, cinta adalah dasar yang tidak mengandung masalah dan memiliki pandangan yang sangat terhormat di dalam agama kita. Seorang pemuda dan pemudi dapat merasakan sejumlah rasa cinta.

Kemudian, ketika mereka melakukan kesalahan, mereka berusaha memperbaikinya, namun patut disayangkan mereka memperbaikinya dengan cara yang salah, yaitu pernikahan siri tanpa wali (zawaaj 'urfi).

Tentu saja, cara ini sangat mengherankan. Pemuda yang memandang dirinya telah melakukan kesalahan dan berusaha memperbaiki kesalahannya dengan kesalahan lain. Kemungkinan pihak sekolah dan aturan sosial tidak mengijinkan menikah ketika masih duduk di bangku kuliah.

Akhirnya, jalan yang ia pilih adalah menikah siri. Akan tetapi, apa akibat pernikahan ini ? Persoalan yang muncul ialah bahwa setelah 2 atau 3 bulan menikah, pemuda ini begitu saja meninggalkan istrinya, bukan karena dirinya penakut atau merasa hina, tapi karena pemuda ini merasa bahwa dirinya telah melakukan hal yang tidak semestinya dan tidak akan pernah mampu menghadapi keluarganya dengan apa yang telah dilakukan.

Pemuda ini juga tidak mampu "mempersembahkan" sang istri kepada keluarganya, karena ia merasa istrinya ini "murah" dan memiliki level yang lebih rendah. Di samping itu, ia juga tidak mampu mempertahankan pemikiran bahwa wanita ini akan menjadi istrinya. Akhirnya, ia mulai melarikan diri dari istrinya.

Tentu saja ini bukan sekedar kisah-kisah khayalan, tetapi terjadi hampir setiap hari. Akibatnya, wanita ini merasa dirinya masuk dalam sebuah persoalan, bagaimana ia harus menghadapi keluarganya ? Ap yang harus ia lakukan ? dan bagaimana ia harus menjalani hidup ?

Pada tahap selanjutnya, ia mulai masuk dalam kondisi duka dan depresi. Selama 2 atau 3 minggu ia berhasil mereguk kebahagiaan, namun kemudian masa depannya diporak-porandakan. Sampai pada pernikahan resmi sekalipun, penyalahgunaan kata cinta berpotensi menimbulkan beragam malapetaka.

Saya tegaskan bahwa kita semua telah sering melihat banyak contoh yang terjadi dari hari kehari, bahkan menjadi buah bibir masyarakat yang ada disekitar kita,

Bagaimana kedua insan berlawanan jenis ini saling mencintai ?
Bagaimana kedua insan ini menjalin hubungan (cinta) sejak usia SMP ?
Bagimana dan masih banyak bagaimana lainnya yang beredar di masyarakat.....

Akan tetapi, setelah pernikahan, semua yang telah mereka rajut ini berakhir dengan perceraian. Kasus seperti ini tidak hanya terjadi 1 atau 2 kali saja, tetapi sangat sering terjadi.

Ada pernyataan dari seorang pemuda, " Ia (wanita) telah berubah dari sifatnya yang dulu". Dengan tidak mau kalah, si wanita pun berkata, "Ia telah menjadi manusia yang sama sekali berbeda, benar-benar berubah!"

Pada masa-masa sebelum pernikahan, katakanlah pacaran...
masing-masing dari dua sejoli ini pasti menampilkan hal yang terbaik ia miliki. Ketika keduanya bertemu (untuk hidup bersama) dan menemukan hal lain yang ia tidak temukan sebelumnya (ketika berpacaran) misalnya.

Segala sesuatu tidak lagi menjadi indah dan penuh bunga seperti yang dulu. Kalau kita tidak mengetahui sisi lain sebelumnya, kita pasti mulai menyelaraskan dan mengatur hidup kita sesuai dengan apa yang kita ketahui dari pendamping hidup kita.

Akan tetapi, kita harus ingat bahwa masing-masing orang memiliki kebiasaan sendiri-sendiri dan sulit baginya untuk mengikuti kebiasaan orang lain..

Waspadalah....Waspadalah.....Waspadalah !!!!!

semoga bermanfaat...

sumber : Ya Allah Taburkan Cinta pada Kami karya Akhi Amru Khalid (dengan beberapa suntingan)



Selengkapnya...

Kisah Cinta Paling Indah


Sahabatku sekalian, taukah kalian arti cinta sejati ? Apakah sahabat pernah mendengar atau mengetahui kisah cinta Qais dan Laila atau kisah cinta Romeo dan Juliet ataukah Laila dan Majnun ?

Apakah kisah cinta seperti itu yang dikatakan sebagai kisah cinta sejati ? Seperti yang sahabat ketahui bahwa kisah cinta mereka tidaklah berakhir di pelaminan bahkan rela mati demi cintanya.

Lalu, cinta seperti apakah yang dikatakan sebagai cinta sejati. Cinta sejati antara dua insan adalah cinta yang terus abadi dalam setelah pernikahan yang berlandaskan atas kecintaan mereka kepada Sang Pemilik Cinta yaitu Allah 'Azza Wa Jalla. Walaupun salah satu meninggal, namun cinta sejati ini terus saja abadi. Kisah cinta siapakah yang begitu indah ini ?

Kisah cinta yang paling indah ini siapa lagi yang memilikinya kalau bukan kisah cinta Junjungan kita, Muhammad Saw kepada Khadijah ra.

Sungguh sebuah cinta yang mengaggumkan, cinta yang tetap abadi walaupun Khadijah telah meninggal. Setahun setelah Khadijah meninggal, ada seorang wanita shahabiyah yang menemui Rasulullah Saw. Wanita ini bertanya, "Ya Rasulullah, mengapa engkau tidak menikah ? Engkau memiliki 9 keluarga dan harus menjalankan seruan besar."

Sambil menangis Rasulullah Saw menjawab, "Masih adakah orang lain setelah Khadijah?"

Kalau saja Allah tidak memerintahkan Muhammad Saw untuk menikah, maka pastilah Beliau tidak akan menikah untuk selama-lamanya. Nabi Muhammad Saw menikah dengan Khadijah layaknya para lelaki. Sedangkan pernikahan-pernikahan setelah itu hanya karena tuntutan risalah Nabi Saw, Beliau tidak pernah dapat melupakan istri Beliau ini walaupun setelah 14 tahun Khadijah meninggal.

Pada masa penaklukan kota Makkah, orang-orang berkumpul di sekeliling Beliau, sementara orang-orang Quraisy mendatangi Beliau dengan harapan Beliau mau memaafkan mereka, tiba-tiba Beliau melihat seorang wanita tua yang datang dari jauh. Beliau langsung meninggalkan kerumunan orang ini. Berdiri dan bercakap-cakap dengan wanita itu. Beliau kemudian melepaskan jubah Beliau dan menghamparkannya ke tanah. Beliau duduk dengan wanita tua itu.

Bunda Aisyah bertanya, "Siapa wanita yang diberi kesempatan, waktu, berbicara, dan mendapat perhatian penuh Nabi Saw ini?"

Nabi menjawab, "Wanita ini adalah teman Khadijah."

"Kalian sedang membicarakan apa, ya Rasulullah?" tanya Aisyah

"Kami baru saja membicarakan hari-hari bersama Khadijah."

Mendengar jawaban Beliau ini, Aisyah pun merasa cemburu. "Apakah engkau masih mengingat wanita tua ini (Khadijah), padahal ia telah tertimbun tanah dan Allah telah memberikan ganti untukmu yang lebih baik darinya?"

"Demi Allah, Allah tidak pernah menggantikan wanita yang lebih baik darinya. Ia mau menolongku di saat orang-orang mengusirku. Ia mau mempercayaiku di saat orang-orang mendustakanku."

Aisyah merasa bahwa Rasulullah Saw marah. "Maafkan aku, ya Rasulullah."

"Mintalah maaf kepada Khadijah, baru aku akan memaafkanmu." (Hadits ini diriwayatkan Bukhari dari Ummul Mukminin Aisyah)

Sahabatku, apakah mungkin ada cinta seperti itu, yang dapat terus abadi setelah orang yang dicintai meninggal 14 tahun yang telah lewat ? Yupz, karena cinta ini tidak pernah didahului hubungan haram dan karena ketaatan kepada Allah menjadi dasar dalam rumah tangga ini. Rumah tangga yang selalu dihiasi dengan dzikir kepada Allah, bukan rumah yang digunakan untuk mengingat setan.

Bagaimana pendapat kalian, sahabat muda sekalian, apakah kalian tidak ingin menjadikan rumah tangga kalian seperti ini ?. Suami membaca Al-Qur'an bersama istrinya. Betapa agungnya ketika anak-anak mereka turut serta membaca Al-Qur'an.

Menjelang waktu Shubuh tiba, si istri membangunkan suaminya untuk melaksanakan shalat Shubuh. Suami melaksanakan shalat Qiyaam al-lail 2 rakaat bersama istrinya. Seperti apa rumah ini ? Indah nian bukan ? betapa manisnya, betapa indah cinta di dalam rumah tangga ini.

Cobalah, pasti kalian dapat menemukan segalanya berubah, cinta pun bertambah, dan Allah melimpahkan berkah-Nya kepada kalian.

"Menikah jauh lebih baik daripada pacaran"



Selengkapnya...

Rabu, 18 Februari 2009

Cinta Berselimutkan Maksiat


Selamat pagi sahabatku semua. Untuk postingan inti pertama saya akan membukanya dengan menuliskan sebuah kisah nyata yang saya beri judul cinta berselimutkan maksiat. Mari kita simak sama-sama dan semoga ada hikmah serta pelajaran yang bisa kita ambil.

"Aku seorang mahasiswi. Sepanjang hidup yang pernah kulalui, aku adalah orang yang memegang teguh moral dan taat beragama. Namun sayang, aku belum memakai jilbab. Kendatipun banyak persoalan dan problema keluarga, namun aku tetap bertekad untuk tekun beribadah dan selalu ada cinta antara aku dan Allah. Tapi, sejak berkumpul dengan orang-orang yang jauh dari Allah, aku mulai hanyut dengan mereka.

Tatkala aku masuk kuliah, persoalannya menjadi semakin sulit, karena suasananya campur aduk tidak karuan. Dengan cara yang biasa, aku mulai berinteraksi dengan para cowok, hingga akhirnya berubah menjadi hubungan khusus dengan salah seorang cowok dan kami pun akhirnya menjalin hubungan yang biasa disebut "teman dekat". Kemudian kami saling mengakui bahwa dalam jalinan ini ada banyak perasaan tertentu yang lebih dari sekedar teman , ataupun teman dekat.

Kami sempat membuat kesepakatan untuk menjauhi perilaku haram dalam hubungan kami dan akan selalu konsisten dengan jalinan cinta suci dan terjaga. Cowok itu mulai menghubungiku melalui telepon dan mengatakan bahwa dirinya tidak dapat jauh dariku. Setelah menolaknya, aku hanya memberikan sedikit kesempatan untuk bersedia bicara dengannya. Aku selalu memanfa'atkan waktu untuk berbicara dengannya ketika keluarga aku sedang keluar rumah.

Jika salah seorang anggota keluargaku masuk rumah, aku langsung berbicara dengannya sambil bergaya seakan-akan aku berbicara dengan teman cewek, sungguh akting yang sempurna. Aku seakan-akan menjadi pencuri atau orang yang melakukan tindak kriminal dan berusaha membuat alibi untuk menyembunyikannya.

Tentu saja, hubungan kami semakin berkembang. Aku menjadi terbiasa pergi keluar (kencan) dengannya ke tempat-tempat umum, dan akhirnya pergi berduaan ke tempat sepi. Pacaran kami ini mulai memasuki area haram dan kami mulai melakukan hal-hal menyimpang, seperti pacaran melampaui batas.

Aku telah tertipu dengan shalatku, tertipu dengan keberagamaanku yang dulu, tertipu dengan pendidikan. Aku mengira bahwa itu semua dapat mencegahku tergelincir ke dalam kubangan dosa dan menyangka setan benar-benar jauh dariku, sehingga tidak mungkin lagi dapat membisiki dan merayuku. Seperti biasa, cowok itu lalu meninggalkanku setelah muncul sejumlah persoalan di antara kami.

Tentu saja, kamus cinta ini menjadi pukulan yang sangat menyakitkan bagi diriku, karena setelah itu ia meninggalkanku, dan aku merasa tak ada cowok lain yang pantas kucintai. Dia selalu mempermainkan dan memperlakukanku tidak adil, seakan-akan aku tidak mencintainya. Kalaupun aku mencintainya, pastilah akan kupenuhi semua keinginannya.

Bagaimana dia suka mengungkapkan perasaan-perasaannya kepadaku dan ungkapan ini dalam benaknya sudah seperti hubungan perkawinan ! Tekanan ini melahirkan sejumlah masalah yang haram. Setiap kali pulang ke rumah, aku merasa takut tidur. Seolah jiwaku telah terambil ketika sedang tidur, bagaimana aku dapat menemui-Nya ? Aku belum siap untuk mati karena aku selalu berada dalam kepalsuan yang tidak semestinya.

Pada suatu hari, aku mengetahui bahwa "mantan" cowokku akan mengikuti kajian keagamaan. Aku pun mengatakan akan pergi. Aku tahu bahwa kajian ini diikuti cowok dan cewek. Aku mengira dapat mengadukannya kepada ustadz pengisi materi. Aku bayangkan bahwa aku berkata kepada ustadz, 'Katakan kepada dia untuk kembali kepadaku, karena aku sama sekali belum pernah mengikuti kajian dan marilah saling berjanji di hadapan ustadz bahwa kita tidak akan melakukan kesalahan untuk kesekian kali.'

Tapi tentu saja aku jadi pergi dan ternyata persoalannya menjadi lain. Ustadz pengisi materi justru membicarakan perasaan-perasaan seorang mukmin kepada Tuhan dan bagaimana sebaiknya perasaan-perasaan itu. Kajian ini sangat agung hingga aku merasa, bahwa dulu diriku kehausan dan kini aku telah minum sepuas-puasnya. Seakan-akan hidupku yang mempunyai lubang yang dalam dan menganga, pada hari ini lubang itu telah penuh.

Sewaktu keluar seakan-akan aku ingin memeluk dan mencium teman-teman perempuan. Seakan-akan aku ingin membelai kepala semua orang di jalanan dan 'bernyanyi' kepada mereka karena aku tidak pernah berpikir bahwa aku telah melakukan kesalahan dan ingin bertaubat. Seolah-olah aku yakin bahwa Allah Swt telah mengampuni kesalahanku itu.

Aku meyakininya karena Allah sangat mulia lagi sangat penyayang. Berkat rahmat-Nyalah, kini aku mulai mengajarkan Al-Quran kepada orang lain, dan kini semua hidupku telah tertata. Aku memohon kepada Allah semoga semua yang kulakukan ini menjadi penyebab turunnya hidayah kepada semua orang. Aku selalu berusaha menggandeng dan menuntun orang lain agar aku pun dapat menuntun hidupku sendiri. Kini, aku telah melakukan banyak hal yang belum pernah terbayangkan sebelumnya.

Alhamdulillaah, segala puji hanya pantas tersanjung kepada Allah, kini aku merasa telah benar-benar siap untuk mati. Kini, aku dapat berlapang dada menghadapi mati dan tidak takut lagi dengan mati. Aku selalu berprasangka baik kepada Allah, karena Allah selalu selaras dengan prasangka baik hamba-Nya kepada diri-Nya."

Cerita sederhana ini telah membuka mata hati dan pikiran saya selama ini, bahwa segala apa yang telah kulakukan dahulu tidak sebanding dengan apa yang kulakukan sekarang, sungguh masih banyak hal yang belum kuketahui demi memperbaiki diri ini.

Sobat, kisah sederhana diatas membuat kita mengerti dan memperlihatkan kepada kita bagaimana proses pergantian cinta yang pernah ia jalani bersama seorang cowok, menjadi cinta kepada Allah Swt.

Sobatku semua, bagaimana pendapatmu jika kita menjalani kehidupan cinta kepada Allah sampai akhirnya kita menikah. Seorang cewek pasti mengatakan bahwa dirinya mencintai seorang cowok bukan dalam kerangka ketaatan kepada Allah. Jika hubungannya dengan Allah seperti yang diharapkan, maka ia harus merasa ada sesuatu yang menguatkannya ke belakang.

Marilah kita mencoba menyerahkan segala macam perasaan kita kepada Allah Swt. Inilah hakekat yang benar-benar dapat dinikmati manusia di dunia, sekaligus yang diungkapkan Hasan bin Tsabit dalam bait-bait syair :

Di Pintu-Mu aku takkan meninggalkannya
Aku pun takkan pernah pergi ke selain-Mu
Dengan ridha-Mu, kan kurajut bajuku
Sunggguh mulia diriku tatkala menjadi hamba-Mu
Aku berbisik di kening Subuh
Ketika ditanya siapa Tuhanmu
Tuhankulah Sang Pencipta alam semesta
Sungguh mulia aku saat menjadi hamba-Mu
Tuhankulah yang menyingsingkan pagi
Aku pun takkan pernah berpaling ke selain-Mu




Selengkapnya...

Perkenalan

Bismillaahirrahmaanirrahiim...

Selamat malam sobat semua. Salam kenal dan salam persahabatan dari saya. Sobat mungkin ada yang bertanya kenapa blog ini dikasi nama "pacaranislami" ?. Sobat sekalian, seperti kita ketahui bersama bahwa pergaulan dikalangan remaja sudah "hampir" tidak dapat dikendalikan lagi.

Hal ini mendorong saya untuk mencoba untuk mengajak sobat-sobat remaja untuk sama-sama belajar dan lebih memahami apa dan bagaimana pacaran tersebut, positif dan negatifnya, buruk baiknya, akibat yang mungkin terjadi, dan segala pernak-perniknya.

Sebagaimana para sunan ketika pertama kali mengenalkan Islam kepada masyarakat yang notabene sudah menganut kepercayaan turun temurun, maka agar Islam dapat diterima dengan baik, maka disisipkan dalam adat dan kebiasaan yang berlaku di masyarakat tersebut.

Oleh karena itu, saya ingin mencoba untuk berbicara dan menyampaikan pesan melalui tulisan ini, dan muncul pertanyaan besar "APAKAH ADA PACARAN ISLAMI" ? kita akan sama-sama belajar disini. Dan tentunya sebagai manusia saya memiliki kekurangan dan keterbatasan, oleh karena itu sumbang saran, kritik maupun pendapat dari sobat semua akan sangat membantu untuk mengajak kembali sobat remaja kita kembali kepada "cinta yang sebenarnya cinta".

Ketika ada sahabat kita yang sedang alpa dan melalui jalan keliru, maka kewajiban kita untuk memberitahukannya bahwa jalan yang dilaluinya keliru agar sahabat kita dapat sampai di tujuan dengan selamat. Bukan sebaliknya, kita membiarkan sahabat kita tetap melalui jalan tersebut padahal kita tau jalan yang dilaluinya keliru, apakah kita tega membiarkan sahabat kita tersesat dan tidka bisa menemukan jalan pulang ?





Selengkapnya...