Selasa, 22 Desember 2009

Selamat Hari Ibu 22 Desember 2009

Ibu..sosok yang bagiku memiliki karakter yang kuat. Ibu selalu menemaniku sejak dari TK sampai dengan SMK. Perhatian dan kasih sayang Ibu kepadaku tidak akan pernah terukur dengan apapun dan tidak akan pernah bisa dinilai dengan materi.

Sekalipun saat ini aku sudah bekerja dan separuh penghasilanku kukirimkan untuk Ibu tiap bulannya, namun bagiku itu masih belum apa-apa dibandingkan jasanya dalam membesarkan dan mendidikku.

Pada saat SD, setiap ada kegiatan yang harus kuikuti, ibu selalu menemaniku dan selalu memberiku semangat agar aku tidak mudah menyerah. Aku ingat ketika mengikuti PERSAMI antar SD di BANJARBARU, aku ditunjuk untuk mengikuti lomba baca puisi. Ibu yang megajarkanku bagaimana cara membaca puisi dan bagaimana harus bersikap sampai akhirnya aku mendapatkan juara 1 dalam lomba tersebut.

Dengan sepeda ontel merahnya Ibu mengantarkanku ke tempat perkemahan dan mengantarkanku tiap pagi ke sekolah. Saat SMP disaat anak-anak lain ada yang diantar pakai sepeda motor dan bahkan ada yang diantar pakai mobil. Aku boncengan dengan Ibu pakai sepeda ontel merahnya ke sekolah.

Sekalipun keluarga kami kondisi ekonominya pas-pasan, aku tetap bisa belajar dengan lancar. Aku tidak pernah kesulitan untuk memperoleh buku tulis. Ibu memberikanku buku-buku bekas kakak-kakak senior yang sudah lulus yang masih layak pakai dimana bagian yang sudah ada tulisan dirobek sehingga aku bisa memakainya sebagai buku tulisku karena masih cukup banyak bagian yang kosongnya.

Buku-buku pelajaran pun aku memakai buku contoh jadi aku tidak perlu beli. Dengan segala keterbatasan tersebut Ibu mendorongku untuk selalu belajar dengan rajin. Ibu mengingatkanku agar jangan sekali-kali "mengenal wanita" dalam artian aku tidak boleh untuk memiliki hubungan dengan wanita (pacaran).

Karena jika aku sudah mulai mengenal wanita maka konsetrasi belajarku akan buyar dan berpengaruh kepada prestasiku. Hal ini terbukti ketika aku duduk di bangku kelas 2 SMP, rangkingku turun drastis dari posisi 2 ke posisi 7. Ibu sangat kecewa dan marah. Namun, aku tau beliau marah karena beliau menyayangiku. Aku pun dipingit tidak boleh keluar rumah sekalipun untuk bermain.

Aku fokus untuk belajar saja guna mengejar kembali rangkingku yang turun tersebut. Dan hasil "pingitan" tadi cukup memuaskan karena aku kembali naik ke posisi 5. Baru pada saat di kelas 3 aku kembali merebut posisi 2. Ibu sangat bangga ketika aku berhasil mewakili sekolahku menjadi siswa teladan dalam pemilihan siswa teladan untuk tingkat kabupatenku.

Dan yang paling tidak bisa kulupakan adalah di saat mama begitu panggilanku untuk Ibu, mengantarkanku untuk mengikuti test masuk ke SMK Telkom Banjarbaru dengan sepeda ontel merahnya. Dari kejauhan aku melihat banyak sekali mobil dan sepeda motor berjejer di depan SMK Telkom.

Aku sempat bilang ke mama untuk kembali aja, ga usah ikut test. Tapi mama tetap mengayuh sepedanya sampai ke sekolah. Mama menunggu diluar mulai pagi sampai sore aku selesai mengikuti test masuk ke SMK Telkom. Dan akhirnya pada saat pengumuman aku termasuk dalam daftar 108 siswa yang lulus dari 1200 peserta yang ikut test. Mama dan bapak senang sekali mendengar hal tersebut.

Kini, aku sudah bekerja di PT. Telkom. Hal ini juga tidak terlepas dari dukungan keluarga besarku. Sebelum aku memutuskan untuk memilih SMK Telkom karena aku juga lulus di SMUN1, aku berunding dulu dengan mama dan bapak karena untuk biaya sekolah di SMK Telkom tidak sama dengan SMU Negeri.

Akhirnya setelah menanyakan kepada keluarga di bima dan uwa. Aku dianjurkan untuk masuk ke SMK Telkom. Masalah biaya, Uwa.. kakak dari mama yang di Tasikmalaya yang menanggung mulai dari awal sampai selesai sekolah jadi mama hanya memikirkan untuk uang belanja saja.

Aku sangat beruntung karena memiliki keluarga yang begitu peduli dengan anggota keluarga yang lainnya. Sejak kecil aku dirawat oleh bibi-bibiku di mataram, kemudian uwa ku di Bima, kemudian juga bantuan dari Uwa di Surabaya, dan untuk biaya sekolahku di SMK uwa ku di Tasikmalaya yang menanggung.

Aku tidak mungkin bisa membalasa jasa-jasa para wanita ini, secara tidak langsung mereka juga adalah Ibu bagiku. Aku hanya bisa berusaha untuk memberikan yang terbaik sebagai hasil dari dukungan dan didikan mereka.
Selengkapnya...